![]() |
Sumber Foto : Liveolive.com |
Seorang teman
yang tengah berduka karena kepergian ibunya untuk selama-lamanya, bercerita
betapa ia sangat terhenyak saat mengetahui betapa sangat baiknya pengelolaan
keuangan yang dilakukan ibunya semasa hidupnya. Sebuah ‘rahasia’ yang baru
dibeberkan sang ibu beberapa saat menjelang kepergiannya.
“Ibuku ternyata
sangat detil mengingat semua utang dan piutang, kepada siapa dan berapa
jumlahnya” terang teman saya tadi.
Tak hanya itu,
dalam kondisi sakit parah, teman saya yang kebetulan anak tertua dalam keluarga,
diminta untuk mencatat semua daftar kekayaan yang dimiliki keluarganya. Si anak
terpukau, banyak sekali yang ia tidak ketahui selama ini. Dan ia kian takjub
saat mengetahui bahwa sang ibu telah mempersiapkan banyak hal untuknya dan
adik-adiknya. Misal, hasil panen kebun ditujukan untuk biaya pendidikan si
tengah. Sedang hasil panen padi di sawah untuk persiapan biaya si bungsu yang
tak lama lagi memasuki jenjang perguruan tinggi. Ia semakin tak tahan menahan
tangis sangat mengetahui si ibu ternyata juga telah mempersiapkan biaya
pernikahannya dalam jumlah yang tak sedikit, berupa sejumlah hewan ternak dan
perhiasan emas.
Teman lain yang
ditinggal ayahnya saat masih kecil juga pernah bercerita tentang betapa
tangguhnya sang ibu yang tiba-tiba harus merawat ketujuh anaknya seorang diri.
Padahal, sebelumnya, ibunya hanya ibu rumah tangga yang hanya mengurus
anak-anak. Tak butuh lama bagi sang ibu untuk segera move on,
dari tulang rusuk menjadi tulang punggung dalam keluarga. Di bawah kepiawaan
sang ibu melanjutkan estafet perjuangan dari almarhum suaminya, teman saya dan
keenam saudaranya bisa menjadi sarjana semua.
Kearifan
finansial orang tua terutama ibu dalam mempersiapkan berbagai kebutuhan di masa
depan juga kerap saya dengar langsung dari sejumlah kerabat. Banyak di antara
mereka yang tidak hanya telah mempersiapkan tabungan masa depan untuk
pendidikan dan bekal berumah tangga anak-anaknya, bahkan ada juga yang sampai
mempersiapkan berbagai kebutuhan saat mereka sudah tiada. Dalam masyarakat Jawa
misalnya, yang sebagian di antaranya masih banyak yang melangsungkan perayaan
kematian hingga hari ketujuh, peringatan 40 hari, 100 hari, hingga satu tahun.
Peringatan ini seringkali membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Banyak orang
tua yang tidak ingin peringatan kematian mereka menjadi beban bagi anak dan
cucunya. Hingga sejak jauh hari, kebutuhan yang satu ini masuk dalam ‘tabungan
masa depan’ mereka.
Dari sejumlah
kearifan finansial di atas, saya menjadi tercenung, betapa sangat bagusnya
kecerdasan finansial para orang tua, terutama perempuan tempo dulu. Manfaat
dari kearifan finansial mereka tidak hanya bisa dirasakan oleh diri sendiri,
tapi juga oleh anak cucu mereka. Bahkan mungkin juga generasi setelahnya. Tidak
hanya untuk semasa mereka masih hidup, bahkan juga setelah kepergiannya. Dari
berbagai kisah, baik yang saya saksikan langsung atau sekedar mendengarkannya
dari sharing beberapa teman dan kerabat,
saya mencoba menginventaris sejumlah ‘resep rahasia’ mereka dalam mengelola
keuangan secara bijak. Dan berikut sejumlah ‘resep rahasia’ tersebut.
Resep Terbesar : Hidup Sederhana dan Hemat
Hemat pangkal kaya,
hemat pangkal sejahtera. Inilah resep rahasia utama yang saya ‘catat’ dari
kearifan finansial orang tua tempo dulu. Untuk resep yang satu ini, saya masih
berkesempatan menyaksikannya secara langsung dari kakek nenek saya. Betapa
mereka sangat sederhana dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal makanan
dan pakaian.
Meski kakek nenek terbilang cukup berada, lauk istimewa
seperti daging biasanya hanya ada ketika ada perayaan atau hari besar. Begitu
pula dengan pakaian baru. Saya sempat berpikir, mereka pelit. Jadul sekali pemikirannya
yang begitu membatasi diri untuk bersenang-senang. Hehe. Ternyata, di balik
kesederhanaannya, mereka memiliki orientasi jauh ke depan. Untuk masa depan
anak-anak bahkan cucunya nanti.
Sikap sederhana ternyata juga menjadi salah satu karakteristik
utama sejumlah orang terkaya di dunia. Warren Buffet misalnya. Pria yang
dinobatkan menjadi orang terkaya ketiga di dunia pada tahun 2011 lalu dengan
total kekayaan mencapai Rp 439 triliun ini, menjalani kehidupan yang sangat
sederhana. Begitu pula dengan sejumlah miliarder dunia lainnya seperti Ingvard kampard (pemilik
gerai ritel furniture Ikea) dan Chuck
feeney (pendiri Duty free store), juga sangat terkenal dengan
kesederhanaan mereka dalam kehidupan sehari. Dalam soal rumah dan kendaraan
misalnya. Padahal jika mau, menjalani kehidupan glamour sangat mudah mereka
lakukan. Tapi mereka memilih hidup sederhana.
Kearifan
finansial yang utama ini nampaknya sudah semakin luntur dalam kehidupan
orang-orang muda di masa sekarang. Berkebalikan dengan orang tua tempo dulu
yang banyak memilih hidup sederhana meski kekayaannya sangat berlimpah, banyak
orang muda masa sekarang yang justru hidup sebaliknya. Bermewah-mewah meski
sebenarnya tidak punya apa-apa.
Saving
First!
Jika hanya mengalokasikan sedikit saja dari pendapatan dan
harta yang dimiliki untuk hidup sehari-hari, lalu ke manakah sejumlah besar
lainnya dialokasikan? Inilah salah satu pertanyaan besar yang acapkali
bergemuruh di kepala, terutama saat saya masih anak-anak dulu. Ternyata, dalam
kasus ibu saya juga beberapa ibu teman-teman lain, sebagian dari pendapatan itu
dialokasikan untuk tabungan. Uniknya, menabung di sini bahkan menjadi kebutuhan
dan prioritas. Bukan jika ada sisa. Istilahnya, saving first.
Dan lagi, sikap hidup yang satu ini ternyata juga menjadi
salah satu resep rahasia orang-orang terkaya di dunia. Seperti yang
dinasihatkan Warren Buffet misalnya, do
not save what is left after spending but spend what is left after saving. Utamakan
berhemat, gunakan sisanya dengan bijak.
Karena pada jaman dulu keberadaan bank belum sepopuler
sekarang, tabungan yang paling sering dipilih oleh para orang tua, terutama ibu
biasanya melalui barang perhiasan. Perhiasan di sini memiliki fungsi ganda, yakni
sebagai perhiasan sekaligus investasi. Perhiasan dipilih karena bisa dibeli
dalam jumlah sedikit, yang bisa terus dikumpulkan seiring dengan bertambahnya
tabungan. Jika jumlahnya sudah banyak, bisa untuk membeli barang investasi yang
lebih besar dan bisa lebih menghasilkan, tanah misalnya.
Menabung dan berinvestasi sebagai prioritas dan kebutuhan para
orang tua tempo dulu agak berkebalikan dengan tren orang muda masa sekarang
yang biasanya menjadikan menabung bukan sebagai prioritas, hanya jika kebetulan
ada sisa uang berlebih. Bukan saving
first, but lifestyle first. Akibatnya, banyak yang terjebak dalam besar pasak daripada tiang. Pendapatan
bulan depan sering sudah habis untuk kebutuhan bulan ini.
Kreatif Mengoptimalkan Sumber Daya di
Sekitar
Tak hanya suka hidup sederhana dan gemar menabung, para orang
tua terutama ibu jaman dulu juga sangat kreatif dalam mengoptimalkan sumber
daya yang ada di sekitar. Pekarangan misalnya. Mereka menanaminya dengan
sejumlah sayuran dan buah, yang hasilnya bisa digunakan untuk menu sehari-hari
bahkan sebagian lagi bisa dijual yang bisa menambah penghasilan keluarga.
Pekarangan yang cukup memadai bahkan juga digunakan untuk
memelihara hewan ternak seperti ayam. Untuk yang satu ini, ibu saya bahkan
pernah bercerita bahwa memelihara hewan ternak bisa jadi ‘wajib’ hukumnya pada
keluarga tempo dulu.
“Adanya hewan ternak di rumah, seperti ayam, akan membuat sisa
makanan di rumah tidak mubazir” demikian ibu saya bercerita.
Selain membuat makanan sisa tidak terbuang percuma, adanya hewan
ternak membuat keluarga yang memeliharanya tidak perlu mengeluarkan biaya lagi
saat ada perayaan yang biasanya menyuguhkan lauk istimewa seperti opor ayam.
Dengan demikian, mereka bisa berhemat dan sekaligus lebih sehat.
“Ayam sewaktu-waktu juga bisa dijual jika kita membutuhkan
uang tambahan segera” tambah ibu saya.
Jika tidak ada hewan ternak untuk menghabiskan sisa makanan,
para ibu jaman dulu tidak kehabisan akal
agar sisa makanan terutama nasi, tetap tidak terbuang percuma. Mereka
mengolahnya menjadi kerupuk puli yang nyami.
Kerupuk ini bisa menjadi teman makan bersama sayur dan lauk lain, atau bisa
juga menjadi camilan, yang berarti akan menghemat belanja karena tak perlu
membeli. Sikap kreatif ini pula yang nampaknya sangat membantu para ibu untuk mudah
dan segera move on manakala mereka
harus berubah fungsi dari tulang rusuk menjadi tulang punggung saat hal tak
terduga terjadi.
Mereka Juga Suka Utang dan Kredit Lho, Tapi….
Hidup sederhana
dan gemar menabung apakah akan membuat para orang tua tempo dulu lantas tak
perlu lagi bahkan anti berutang? Tidak juga ternyata. Ada kalanya kebutuhan
lebih besar dari pendapatan. Kadang uang yang ada tak cukup untuk membeli
barang yang sangat dibutuhkan. Dalam situasi ini, berutang atau kredit, menjadi
salah satu solusi.
Saya masih ingat
saat kecil dulu, ada abang tukang kredit yang menjadi idola ibu-ibu sekitar
rumah. Saat si abang kredit datang, ibu-ibu mengerumuninya. Setelah kerumunan
bubar, barang si abang biasanya akan berkurang banyak. Ibu-ibu jaman dulu
ternyata juga demen kredit lho J
Tapi, barang yang mereka kredit, yang umumnya adalah barang-barang keperluan
rumah tangga seperti panci, wajan dan rantang, biasanya adalah barang-barang
yang memang sangat mereka butuhkan. Barang-barang ini sangat dibutuhkan terutama
ketika harus masak besar.
Biarpun juga suka
kredit, ternyata mereka juga gak asal kredit lho. Saya perhatikan, selain
memang barang yang dibutuhkan, barang yang mereka kredit biasanya adalah barang
yang mereka memang belum memilikinya. Ini agak berkebalikan dengan tren ngredit jaman sekarang. Selain suka
mengredit barang-barang yang tidak selalu masuk kategori ‘wajib’, banyak orang
masa sekarang yang suka mengredit barang yang sebenarnya mereka sudah punya.
Gadget misalnya.
Banyak orang suka
mengredit barang yang satu ini bukan karena mereka belum punya, tapi karena
tertarik pada keluaran terbaru. Biasanya, ini lebih karena tuntutan gaya hidup
dan prestis, bukan karena faktor kegunaan. Pola yang sama juga sering terjadi
pada kendaraan. Sering gonta-ganti kendaraan bukan karena kendaraan yang lama
kurang memadai lagi penggunaannya, namun karena tergoda dengan kendaraan model
terbaru yang baru saja rilis.
Tidak mudah
tergoda dengan merk ternyata juga menjadi salah satu resep rahasia para
miliarder lho. Seperti yang dikatakan Warren Buffet, jangan memaksakan diri untuk memiliki barang-barang bermerk, pakailah
apa yang sekiranya nyaman bagi Anda. Para orang tua kita yang mungkin tidak
kenal siapa itu Warren dan rahasianya menjadi kaya, ternyata banyak yang sudah
memraktikkan nasihatnya.
Punya ‘Simpanan Rahasia’
Simpanan rahasia
di sini maksudnya adalah simpanan uang atau barang perhiasan, atau tabungan
dalam bentuk lain yang keberadaannya seringkali dirahasiakan oleh ibu. Baru
mereka keluarkan ketika keluarga dalam situasi sangat membutuhkan sedang tak
ada lagi simpanan yang bisa digunakan. Saya beberapa kali menyaksikan langsung,
dan merasa sangat takjub, ketika keuangan keluarga dalam situasi sangat genting,
tiba-tiba ibu mengeluarkan ‘simpanan rahasia’-nya dalam jumlah yang kadang
tidak sedikit. Bagaimana bisa, sedang mayoritas ibu jaman dulu banyak yang
tidak bekerja. Lagi-lagi, mereka bisa memiliki simpanan rahasia karena sikap
kreatif mereka dan orientasi menabung yang sangat besar.
Kreativitas dalam
menyajikan menu sehat dan menggugah selera tanpa menyedot banyak anggaran,
membuat ibu bisa menyisihkan sedikit uang untuk tabungan rahasia. Sisa uang
belanja yang mereka kumpulkan sedikit demi sedikit, selama bertahun-tahun, dan
berusaha menahan diri untuk tidak membelanjakannya untuk keperluan yang
konsumtif, acapkali menjadi ‘malaikat penolong’ saat keluarga tengah menghadapi
krisis keuangan.
Selain dari sisa
uang belanja harian, sumber ‘simpanan rahasia’ ibu lainnya biasanya dari
penjualan hasil pekarangan atau ternak yang mereka pelihara sehari-hari. Kadang,
ibu juga menyisihkannya dari ‘jatah’ mereka untuk pakaian atau kecantikan.
Sungguh luar biasa kearifan finansial mereka. Para ibu berpikir jauh ke depan,
saat keluarga tiba-tiba membutuhkan banyak dana. Sehingga mereka rela
menyisihkan apa yang menjadi ‘hak’nya sebagai dana cadangan rahasia.
Beda Jaman, Beda Tantangan
Seiring waktu
yang terus berlalu dan jaman yang terus berganti, orang muda masa kini
menghadapi tantangan yang berbeda dengan orang tua jaman dulu, terutama dilihat
dari segi ‘tantangan’ dan ‘godaan’. Misal, mungkin relatif lebih mudah bagi
ibu-ibu jaman dulu untuk hidup sederhana dan gemar menabung karena karena
godaan gadget dan fashion tidak segila sekarang. Terkait dengan ini, menarik
apa yang dikemukakan oleh para miliarder tingkat dunia yang memilih hidup
sederhana meski bergelimang harta, yakni bahwa hidup sederhana adalah pilihan
yang muncul dari dalam diri, bukan semata karena faktor lingkungan atau
dorongan dari luar. Artinya, kitalah yang memegang kendali utama atas diri
kita. Terbawa arus jaman, atau tetap memegang teguh prinsip?
Godaan yang
semakin bertambah bukankah juga diiringi dengan sejumlah kemudahan untuk menabung
dan berinvestasi? Ini keuntungan kita yang hidup di masa sekarang. Ibu-ibu
jaman dulu biasanya hanya menabung dalam bentuk perhiasan karena pilihan
investasi memang masih sangat terbatas. Nyatanya, pilihan terbatas tak
menghalangi mereka untuk terus menabung. Sedang kita sekarang, bank bertaburan
di mana-mana. Pilihan investasi lainnya juga banyak.
Soal peluang
berkreativitas juga seperti dua sisi mata uang. Berbagai kemudahan seringkali
mematikan kreativitas kita. Soal makanan misalnya. Mudah mendapatkan makanan
siap santap membuat banyak ibu jadi enggan
memasak. Namun di sisi lain, waktu yang dihabiskan untuk masak bisa
dimanfaatkan untuk hal lain yang bersifat produktif, seperti menjalankan bisnis
online atau mengembangkan hobi yang bisa menghasilkan uang.
Ibu-ibu jaman
dulu biasanya hanya berkutat pada pekarangan dan hewan ternak untuk
menghasilkan uang tambahan, sedang ibu masa sekarang ‘dimanjakan’ oleh banyak
fasilitas dan kemudahan. Dengan hadirnya perangkat teknologi komunikasi yang
semakin canggih dan murah misalnya. Benda ajaib ini memungkinkan ibu
mengembangkan banyak usaha sampingan yang sangat bervariatif. Hasilnya pun bisa
berlipat ganda dari sekedar mengoptimalkan pekarangan dan memelihara hewan
ternak.
Soal ‘jaring
pengaman’ juga beda. Jaman dulu belum ada yang namanya asuransi kesehatan,
sehingga setiap keluarga mau tidak mau harus mengalokasikan tabungan khusus
untuk kesehatan. Sedang kini, adanya asuransi kesehatan membuat kita lebih
tenang. Tapi, resiko yang mengancam kesehatan juga semakin besar. Jaman dulu,
jenis dan frekuensi sakit mungkin belum semengkhawatirkan sekarang karena
kondisi lingkungan yang masih terjaga dan pola hidup yang jauh lebih sehat. Beda
jaman memang beda tantangannya. Setiap masa memiliki karakteristiknya sendiri.
Tantangan kita untuk menjadi ‘pemenang’, di jaman apapun kita hidup.
Menjadi Perempuan Melek Finansial Masa Kini
Sejumlah kearifan
finansial perempuan tempo dulu di atas merupakan ilmu sangat berharga yang
sangat kita butuhkan untuk menjadi perempuan melek finansial di masa sekarang.
Prinsip-prinsip dasar seperti hidup sederhana, suka menabung, bijak menentukan
skala prioritas dan kreatif merupakan prinsip-prinsip dasar yang masih relevan
dengan masa sekarang. Tren investasi yang semakin beragam dan tantangan hidup
yang semakin kompleks mengharuskan kita untuk memiliki formulasi yang tepat. Terkait
bagaimana mengalokasikan pendapatan secara bijak dan tepat, tips dari Sun Life Financial Indonesia berikut bisa menjadi pegangan :
![]() |
Foto dari Fanpage Brighter Life Indonesia |
Berdasarkan
gambar di atas, harus ada ‘keseimbangan’ antara pengeluaran rutin, gaya hidup,
pos investasi, sosial, dana darurat, juga cicilan dan pos asuransi. Artinya,
jangan sampai pendapatan habis hanya untuk keperluan masa kini (terutama untuk
pengeluaran rutin dan gaya hidup), dan mengabaikan keperluan jangka panjang dan
investasi. Dalam hal ini, kemampuan kita untuk menentukan skala prioritas secara
tepat mutlak diperlukan.
Kemampuan
menentukan skala prioritas bisa dimulai dengan membangun cara pandang finansial
yang tepat dan bijak. Seperti, hidup sederhana adalah pilihan yang lahir dari
kesadaran diri. Sederhana juga tidak berarti menyusahkan diri dan identik
dengan segala sesuatu yang pas-pasan, namun sesuai dengan kebutuhan. Pada tahap
selanjutnya atau yang kedua, mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Keinginan
sangat mungkin tidak terbatas sedang kemampuan untuk menuruti keinginan sebenarnya
sangatlah terbatas. Karena itu, penting bagi kita terutama perempuan yang sering
menjadi target utama pasar, untuk bisa mengontrol diri.
Ketiga, berorientasi jauh ke depan bahwa
kebutuhan jangka panjang kita sangat banyak dan perlu dipersiapkan sebaik
mungkin sejak dini. Misal, dana pensiun dan hari tua, serta pendidikan
anak-anak di masa depan. Ada banyak instrumen investasi yang bisa kita pilih
untuk mempersiapkan berbagai kebutuhan jangka panjang ini. Keempat, mengembangkan kreativitas yang bisa menghasilkan atau
penopang pendapatan keluarga. Kreativitas sangat penting artinya bagi perempuan
meski pencari nafkah utama adalah suami/laki-laki. Kreativitas akan membuat
hidup perempuan lebih hidup, sekaligus membuat dirinya lebih siap untuk move on saat hal tak terduga terjadi.
Dan yang kelima atau terakhir, jangan
lupa untuk mempersiapkan anak-anak kita melek finansial sejak dini. Karena
tantangan dan godaan finansial mereka di masa depan pasti akan lebih kompleks.
Sama halnya dengan para orang tua kita dalam mengajarkan kearifan finansial,
keteladanan adalah lebih penting dari sekedar kata-kata. Kata-kata mungkin akan
hilang dalam sekejap, tapi keteladanan akan membantu mereka belajar dan terus
belajar, selamanya.
* * *
* * *
Tulisan diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog SAC 2014
sukses buat lombanya, semoga menang :)
BalasHapusTerimakasih Mbak, kebetulan ada ide dan pengalaman yang relevan dengan topik, sayang kalau hanya disimpan di kepala :)
Hapusbagus banget artikelnya..
BalasHapusTerimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat :)
HapusWaaaa... salah satu ceritanya mirip ibu mertuaku, Mbak Rin. Beliau orang tangguh. Dulu tidak lulus SD. Sejak kecil biasa jualan. Setelah menikah dengan kakek, terus berjualan. Untungnya ditabung. Dibelikan emas sedikit2. Setelah emas terkumpul, dijual buat beli tanah. Begitu seterusnya sampai mereka berdua berhasil menyekolahkan 5 dari 6 anak sampai sarjana. Bahkan menyekolahkan suami saya sampai ke luar negeri. Sekarang sudah tua tinggal menikmati hasil investasi mereka. Tanah-tanah yang dibeli dibangun ruko dan disewakan. Atau dibangun rumah-rumah petak untuk disewakan juga. Hasilnya lebih dari cukup untuk kebutuhan mereka sehari-hari. ira
BalasHapusIya Mbak Ira, cara seperti itu sepertinya banyak dilakukan oleh para orang tua jaman dulu, dan terbukti banyak yang berhasil :) Hasilnya tidak hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan bisa diwariskan ke anak, cucu bahkan cicit :) Luar biasa sekali kearifan finansial mereka....
Hapuswaw,..makasih banget untuk artikelnya ya,...sangat2 bermanfaat,..
BalasHapuskerenn bangett dech,..udh buat aku tersentak,..barakallah,.. :)
Kearifan orang tua memang sangat luar biasa, termasuk dalam masalah keuangan :) Semoga bermanfaat....
HapusMeuni hebat" ya Mbak, ibu dan nenek kita. Saya jadi inget almh nenek. Walau pensiunan guru SD, beliau dapat membekali anak" & cucu" perempuannya perhiasan emas. Bukan hanya dr nilai investasiny tp kenangannua terus terpatri dalam memori saya :)
BalasHapusItu juga yang sering membuat saya kagum Mbak :) Banyak di antara mereka yang hidup sederhana dan fokus pada rumah tangga (tidak berkarir murni maksudnya), tapi masih sempat mewariskan banyak materi yang kadang tidak hanya pada anak tapi juga cucu dan cicitnya. Dan emas/perhiasan adalah salah satu yang paling umum terutama untuk anak/cucu/cicit perempuan. Mungkin selain nilai investasinya, juga kenangan dan multifungsinya sebagai perhiasan juga.... :)
Hapusluar biasa terimakasih tips nya sungguh bermanfaat
BalasHapusSelamat siang,
BalasHapusSaya Mr Arvo Antero, saya pribadi kepala pemberi pinjaman kredit dari Direktur Kredit Investasi John Frank. Ini adalah lembaga kredit milik pemberi pinjaman pribadi, dan itu sudah diatur untuk membantu mereka yang membutuhkan, seperti kemiskinan dan penderitaan di dunia dapat benar-benar diberantas. Kami terdaftar oleh Otoritas dan pinjaman uang, dan semua transaksi keuangan dipantau oleh pemerintah.
Kami menawarkan pinjaman pribadi dan bisnis dari dana dalam jumlah $ 2,000.00 $ 150,000,000.00 dolar AS, euro atau pound sterling individu Eropa, perusahaan dan bekerja sama badan, terlepas dari status perkawinan, jenis kelamin, agama, dan lokasi, tetapi harus alat pembayaran yang sah dari pinjaman dalam batas waktu yang ditentukan, dan menjadi layak kepercayaan suku bunga serendah 2%.
E-mail: kbloancompanyusa@gmail.com
Rincian Pemohon:
* Nama pemohon:
* Alamat pemohon:
* Negara:
* Sex:
* Status pernikahan:
* Usia:
* Pendapatan bulanan:
* Pekerjaan:
* Phone: / HP:
Jangka waktu pinjaman:
Kami berharap untuk balasan Anda.
Hormat kami,
mbak Ririn kok lamaaaa ga ngeblog lagiii?
BalasHapusKangen tulisan2 yg mencerahkan :)
Tulisannya tetap mencerahkan walau sudah cukup lama mba. Sebagai ibu rumah tangga saya juga berusaha secermat mungkin mengelola keuangan keluarga dan memang punya "simpanan rahasia" itu betul-betul bermanfaat disaat darurat
BalasHapus