![]() |
Sumber Foto : www.qorisme.com |
Jika mood sedang baik, sebuah artikel dengan kisaran kata
berjumlah 400-500 kadang bisa saya selesaikan dalam waktu 30 menit, bahkan bisa
lebih cepat. Namun, jika sedang jutek atau badmood, tema sudah adapun bahkan
data juga sudah lengkap, tak mampu saya selesaikan dalam tiga hari, satu minggu
bahkan setengah bulan :) Karena cukup sering saya mengalami ini, membuat saya mencoba memahami apa akar
masalahnya lalu mencoba mencari cara mengatasinya. Berikut hal-hal yang
biasanya membuat semangat menulis saya hilang.
Pertama, masalah
pribadi yang sangat mengganggu. Masalah yang satu ini seringkali menjadi
penyebab utama dan yang paling sering membuat semangat menulis saya hilang dan
berantakan. Kadang, durasinya bisa sangat lama. Bisa dalam hitungan hari,
minggu, bulan. Karena hal ini kadang tak bisa dielakkan dalam hidup, maka saya
mencoba menyiasatinya dengan mengubah masalah menjadi motivasi.
Kedua, sepertinya
saya termasuk orang yang cukup perfeksionis dalam menulis. Sehingga, jika topic
yang ingin saya tulis sudah ada yang menulisnya bahkan lebih baik dari yang
ingin saya tulis, mood saya untuk menulis sebuah tema biasanya akan menguap.
Jika ini yang menjadi penyebabnya, biasanya saya akan berusaha keras menemukan
celah kebaruan yang akan membedakan tulisan saya dengan tulisan-tulisan
sebelumnya. Kalaupun ternyata mentok, biasanya saya memilih menyimpan topic tersebut
dalam ‘kotak ide’ di kepala sampai saya menemukan sesuatu yang baru tentangnya
untuk saya tulis.
Ketiga, ingin
menulis sebaik mungkin kadang membuat saya tidak menulis-menulis karena merasa
ada yang kurang dalam bahan yang ingin saya ramu menjadi tulisan. Biasanya ini
terkait dengan hal data atau teori pendukung, saat saya ingin menulis tulisan
ilmiah. Jika ini masalahnya, biasanya waktu saya butuhkan untuk mencari bahan
pendukung tersebut bisa lama, bisa dua minggu misalnya. Ujung-ujungnya semangat
sayapun hilang berceceran sepanjang jalan mencari si bahan :)
Keempat,
kegagalan beruntun yang menghilangkan rasa percaya diri. Misalnya saja dalam
beberapa minggu atau bulan terakhir, tulisan saya ditolak terus oleh media atau
kalah terus dalam lomba. Meski porsi untuk hal ini terbilang kecil, namun
acapkali juga mempengaruhi semangat saya dalam menulis. Biasanya, saya memilih
lebih menggiatkan diri menulis blog saat hal ini yang menjadi pemicu hilangnya
semangat saya dalam menulis. Menulis di blog kan pasti langsung tayang dan
InsyaAllah ada yang membaca :)
Bagi saya ini adalah salah satu bentuk ‘kemenangan’ tersendiri, dan kebahagiaan
tentunya.
Semoga bermanfaat…..
Sebuah pertanyaan tentang posisi kepenulisan seseorang. http://www.airlimbahku.com/2006/04/writing-quadrant.html
BalasHapusArtikelnya sangat informatif Pak Gede, terimkasih :)
BalasHapusSaya setuju dengan point pertama, masalah pribadi membuat mood menulis kita hilang. Saya sudah sering mengalaminya. Saya juga termasuk pribadi yg ingin tampil perfect dan kadang2 tak rasional juga. Bayangkan, saya selalu punya hasrat menulis langsung jadi...sebab jika tak selesai, maka tulisan itu tak akan selesai lagi...parah kan? Salam kenal ya...
BalasHapusPerfeksionis kadang harus fleksibel Mas Taufik, karena berdasarkan pengalaman saya, jika terlalu kaku kadang justru merepotkan :) Kadang saya juga harus membuatnya menjadi realistis juga, bahwa saya tidak bisa selalu menulis dengan sempurna. Salam kenal kembali, terimakasih ..... :)
HapusArtikelnya bagus, mantep
BalasHapus,.. saya juga punya artikel tentang menulis,.
nih link nya http://thatiscallphysics.blogspot.com/2013/06/jurus-jitu-menulis-kreatif.html#more