 |
Salah satu tulisan yang saya hasilkan saat mengalami writer's block |
Writer’s block yang secara sederhana saya artikan sebagai
sebuah kondisi di mana tiba-tiba kita merasa buntu dan kehilangan semangat
untuk menulis, adalah sebuah masalah yang sebenarnya pernah dialami oleh semua
penulis. Tidak hanya mereka yang masuk kategori penulis pemula, meski mungkin
untuk kelompok yang ini, intensitasnya lebih tinggi.
Saya pribadi, meski bisa dikatakan tidak terlalu asing dan
sudah cukup lama bergelut dengan dunia tulis menulis, juga seringkali
mengalaminya. Bahkan pernah dalam taraf yang cukup parah sehingga dalam
beberapa bulan bahkan nyaris tidak menulis sama sekali. Padahal ide ada, bahan
kadang juga sudah lengkap. Namun setiap kali akan menulis, tiba-tiba saya
merasa sangat bodoh, ide saya jelek, tulisan saya nanti tidak akan berguna, sudah
ada yang menulisnya dengan lengkap, dan sebagainya dan sebagainya. Intinya,
pada akhirnya saya tidak menulis apa-apa.
Keadaan di atas tentu tidak baik jika dibiarkan. Untuk mengatasinya, ada beberapa hal yang biasa saya lakukan. Sebagian besar di antaranya ternyata cukup efektif mengurangi
keluhan writer’s block (aduh kayak penyakit saja jadinya :) )
Yang pertama, biasanya saya akan jeda sejenak. Jika
sebelumnya banyak menulis, maka biasanya saya akan lebih banyak membaca. Jenis
tulisan apa saja, yang penting bisa berpengaruh positif untuk mengembalikan
mood menulis yang hilang.
Kedua, biasanya saya jalan-jalan ke tempat-tempat yang
tenang seperti menyusuri jalan pedesaan bersama keluarga, atau jalan-jalan ke
pasar tradisional di mana biasanya saya begitu terharu melihat orang-orang
kecil yang begitu gigih mencari nafkah sehingga membuat saya merasa malu jika
malas-malasan padahal ‘pekerjaan’ yang saya lakukan terbilang mudah.
Ketiga, mencoba jenis tulisan baru yang beda dengan
biasanya. Misal, saya terbiasa menulis Opini yang biasanya bahasanya kaku dan
berat serta sarat dengan data, menjadi sesekali saya mencoba menulis tulisan yang
agak ringan tentang kehidupan sehari-hari. Cara ini ternyata tidak hanya
membuat mood menulis sedikit membaik, ternyata beberapa tulisan yang saya
anggap ‘iseng’, berhasil dimuat di sejumlah media selain koran.
Keempat, mengaktifkan blog. Berdasarkan pengalaman, nge-blog ternyata benar-benar bisa menjadi terapi jiwa :) tak hanya menulis, termasuk di dalamnya juga adalah blogwalking. Dari aktivitas ini, saya sering menemukan bahwa ada langit di atas langit. Tidak hanya dalam kesuksesan, namun juga dalam hal masalah dan kesedihan.
Kelima, sharing dengan teman terutama sesama penulis. Kegiatan ini seringkali tidak hanya membuat pikiran menjadi lebih fresh, namun juga sekaligus menjadi ajang untuk mendapatkan sejumlah info bagus yang mungkin terlewati karena kita terlalu fokus menulis.
Dan yang keenam, memiliki motivasi khusus yang begitu terpatri di
hati, sehingga jika kita mengingatnya maka semangat kita yang hilang sedikit demi sedikit akan kembali. Kebetulan saya punya ‘ajimat’ yang satu ini.
Yang jika saya ingat, saya merasa memiliki kekuatan untuk bangkit meski kadang dalam
kondisi yang begitu buruk. Apa itu? Maaf tak bisa menceritakannya. Karena sebenarnya ini adalah sebuah masalah dan kesedihan, yang
kemudian coba saya ubah menjadi sebuah sumber kekuatan untuk tak pernah
menyerah.
Keenam cara di atas sifatnya tentu sangat personal. Setiap
penulis akan memiliki kecenderungannya sendiri-sendiri untuk lebih cocok pada
cara yang mana. Namun bagi saya, keenam poin di atas cukup efektif dan
menyenangkan untuk mengatasi writer’s block.
So, temukan caramu sendiri untuk mengatasi masalah yang satu ini
dengan cara yang menyenangkan :)