![]() |
Foto dari sini |
“Kuliah dengan beasiswa Mbak?” inilah salah satu pertanyaan
yang sangat sering ditanyakan sejumlah orang ketika mengetahui saya, yang
(hanya) ibu rumah tangga, melanjutkan studi ke jenjang pascasarjana. Sebuah
jenjang pendidikan yang umumnya masih ditempuh oleh sekelompok orang saja di
negeri ini.
“Beasiswa donk” jawab saya seceria mungkin. Padahal, banyak
orang justru menghindar atau malu-malu saat harus menjawab pertanyaan yang satu ini.
“Beasiswa dari
mana?” pertanyaan berikutnya yang biasanya disertai dengan ekspresi sangat penasaran. Pertanyaan di atas memang belum tuntas, justru inilah poin
terpenting yang ingin diketahui banyak orang.
“Dari Suami Foundation” jawab saya. Jawaban ini biasanya membuat saya
dan si penanya kompak tertawa. Ya iyalah, mana ada lembaga pemberi beasiswa bernama
“Suami Foundation” :)
Jawaban di atas sengaja saya pilih, pertama agar obrolan tidak
menjadi buntu atau mengarah pada pembicaraan yang serius. Lebih dari itu, saya
ingin menyelinapkan sebuah harapan terutama pada teman-teman yang berstatus
sama, yakni ibu rumah tangga, agar selalu memiliki harapan dan optimisme besar
jika memang ingin melanjutkan studi. Sebuah impian yang bagi sebagian besar
perempuan, apalagi mereka yang sudah menikah, seperti pungguk merindukan bulan.
Hampir dua tahun waktu yang saya butuhkan untuk berpikir
keras sekaligus mencoba mempertimbangkan segala sesuatunya dengan sangat
seksama sebelum akhirnya memutuskan melanjutkan studi dengan biaya sendiri
alias mengandalkan suami sebagai sponsor utama bagi studi saya. Sebuah pilihan
yang tidak mudah, karena sebagai keluarga muda apalagi hanya satu orang yang
bekerja, keadaan financial kami sebenarnya tidak terlalu berlebih.
Jujur, awalnya suami merasa gamang untuk mendukung keinginan
saya. Apalagi, nantinya ia tidak hanya harus penjadi penopang utama biaya
pendidikan saya, namun juga harus menggantikan peran saya sebagai ibu karena
universitas yang saya inginkan berada di luar kota. Selain itu, saya juga akan
memilih kuliah regular dengan waktu kuliah yang cukup minim kompromi.
Proses untuk meyakinkan suami bahwa kami akan melaluinya
dengan baik, hampir sama dengan proses pengajuan aplikasi beasiswa pada lembaga
pada umumnya. Tak hanya memakan waktu, prosesnyapun cukup berliku dan menguras
emosi.
“Aku tak bisa
mewujudkan impian ini sendiri, jadilah sayapku agar aku bisa terbang meraihnya”
inilah kalimat yang sering saya ucapkan padanya. So sweet :). Gak tau deh nemu di
mana kalimat ini, tapi saya mengucapkannya dengan sepenuh hati.
“Aku tak menjanjikan sesuatu yang pasti, aku bahkan tidak
tau ada apa di ujung jalan ini. Tapi setidaknya kita telah berusaha untuk terus
bergerak, mengupayakan sesuatu yang lebih baik agar kita bisa berbuat lebih
baik dan lebih bermanfaat” kalimat saya yang lainnya untuk meyakinkannya. Suami
belum juga memberi lampu hijau ketika itu. Beberapa bulan menjelang universitas
yang ingin saya tuju akan segera membuka pendaftaran mahasiswa baru.
Maha Besar Allah. Ketika saya sudah merasa kehilangan
kata-kata, bahkan airmata, semesta alampun menunjukkan bahwa Ia Maha Mendengar
doa. Saya masih ingat ketika itu, mata saya masih sembab, juga sesak di dada,
ketika sebuah telpon saya terima.
“Kami akan menanggung biaya masuk kuliah Anda”.
Alhamdulillah.
Tak cukup sampai di sini, suamipun berkata:
“Pergilah, kejar impianmu” katanya sembari meraih tangan
saya dan meletakkannya di telapak tangannya. Sebuah pertanda bahwa ia siap
mendukung saya. Dan perjalananpun dimulai. Salah satu momen paling mengharu
biru dalam hidup saya.
Menulis, Alternatif “Beasiswa”
Lain
Ada banyak jalan menuju Roma.
Jawaban “dari suami foundation” kadang tidak memuaskan
penanya ketika saya menjawab pertanyaan dari mana saya mendapatkan biaya untuk
melanjutkan studi S2. Jadi, agar rasa penasaran mereka terpuaskan sekaligus
memberi secercah harapan, saya menyebutkan sejumlah nama media sebagai lembaga
sponsor studi saya.
“Koq bisa?”
“Bisa donk. Aku nulis, mereka muat, honor yang aku dapat
kuanggap sebagai beasiswa” jawab saya.
Saat menempuh studi S2, saya terbilang cukup produktif
menulis. Tidak semata supaya mendapatkan honor. Harus berada di luar kota
rata-rata 4 hari dalam seminggu sungguh membuat saya sangat tersiksa. Terutama
saat ingat anak-anak dan betapa repotnya suami dan keluarga lain harus menjaga
mereka ketika saya tidak ada. Ada rasa bersalah dan sedih yang teramat dalam.
Saat rasa ini begitu memuncak, seringkali saya ingin membenturkan kepala ke
dinding kamar kos, atau membenamkan bantal ke wajah. Berharap hal itu bisa
membuat rasa bersalah dan sedih saya berkurang. Kenyataannya justru semakin
bertambah.
Menulis kemudian menjadi sarana pelampiasan kesedihan saya.
Apalagi, berada dalam komunitas akademisi yang sangat mumpuni di kampus,
membuat ide-ide menulis seperti bintang jatuh saja.
Jika tidak ada tugas kuliah dan presentasi, biasanya hampir selalu ada
tulisan yang saya hasilkan dalam sehari. Tak ragu saya mengirimkannya ke media meski tidak terlalu yakin akan dilirik redaktur.
Bersyukur, sebagian besar di antaranya dimuat. Meski honornya terbilang tidak
terlalu banyak untuk mereka yang sudah menjadi master di bidang ini, namun bagi
saya cukup meringankan sejumlah biaya yang saya perlukan selama studi.
Ya, jadi dengan beasiswa dari “Suami Foundation” dan menulis inilah, saya menyelesaikan studi saya.
(Bersambung)
Kerennn mbak, speechless buat yang selalu semangat mengejar pendidikan
BalasHapusikut speechless Mbak Hana :)
HapusTulisan ini sebenarnya sdh hampir satu semester mengendap di folder, ya itu karena hampir selalu speechless juga tiap mau nulis :)
ikut deg-degan bacanya :)
BalasHapussedang memenuhi janji pada beberapa teman untuk menuliskan tentang ini Mbak Armita, terimakasih sudah turut membacanya....:)
Hapushihihi aku dulu biaya sendiri malah s2nya karena belum bersuami... bisa kok mak asal referensi kita bagus LOA nya pasti di acc sama biaya jug aseh.. banyak kok beasiswa asal semangat aja ngirimnya :v
BalasHapussukses ya s2nya
Keren :)
HapusSaya menikah saat masih kuliah S1, jadi S1-pun sebagian dibiayai suami :)
Terimakasih info dan semangatnya Mbak, sukses selalu juga untuk Mbak Suria :)
terharu.... benar2 impian setiap wanitaaaaaa ,, hebat mba bisa melakukannya..
BalasHapusIya Mbak, banyak sekali teman perempuan yang cerita tentang impian yang satu ini, setiap perempuan pasti akan memiliki ceritanya sendiri-sendiri, bagus juga sepertinya kalau dibukukan, supaya menjadi penyemangat bagi mereka yang ingin berjuang mewujudkannya :)
HapusAh, keren mak... Saya pun masih menyimpan mimpi untuk bisa melanjutkan studi. Semoga suatu saat nanti terwujud.
BalasHapusAaamiiiin, semoga lekas terwujud Mak, tak ada kata "terlambat", kapanpun memulainya :)
Hapussamaa mak..semoga suatu saat nanti bisa melanjutkan kuliah.. pingin banget jd dosen saya mak :)
BalasHapusSemoga dimudahkan dan disegerakan impiannya Mbak, semangat :)
HapusImpianku sejak menikah, mbak...Sungguh menginspirasi :)
BalasHapussenangnya bertemu teman yang memiliki impian sama, semoga segera menyusul ya Mbak....:)
HapusKeren..impianku
BalasHapussemakin hari kita semakin menemukan banyak persamaan ya Mbak :)
Hapushebat... mbak, semangat terus untuk kuliah.
BalasHapusIni salah satu doa saya sejak kecil Mbak, ingin selalu mencintai ilmu, semoga hingga akhir hayat :)
HapusTerharu bacanya mba Ririn, Jujur sayapun punya impian untuk S2. Tapi demi anak-anak, saya geser dulu deh impian itu. Selamat ya mba.
BalasHapusSesuatu yang tertunda biasanya dibalas dengan yang lebih baik dari yang kita pinta Mbak, semangat terus ya :)
HapusSelalu suka dengan tulisan Mbak Ririn. Mengingatkan pada mimpi saya 8 tahun lalu untuk ambil Akta IV untuk bisa mengajar, keburu suami yang dapat beasiswa untuk S2. Saya pun mengalah karena tidak ada yang menjaga putri sulung kami. Begitu suami lulus S2, saya langsung hamil anak kedua. Hi hi...,
BalasHapusJadi speechless, semoga kesabaran dan pengorbanan Mbak Devy mendapat balasan yang sangat indah, semangat terus ya Mbak :)
Hapussama mbak. saya jg kuliah lg dengan beasiswa suami foundation. hehe. perasaan galau selalu ada tiap hari waktu ninggalin anak ke daycare. tetep semangaaaat mbak! semua akan indah pada waktunya. semoga dengan ini kita semua menjadi pribadi yg lebih kuat. termasuk anak2. aamiin.
BalasHapusAaamiiin. Soal anak memang tantangan berat lainnya bagi emak-emak kayak kita Mbak :)
HapusSudah selesaikah studinya Mbak Kartika?
Waktu saya baru nikah, saya ambil S2 di luar kota. Tadinya biayanya dari ortu (karena sebelum nikah sudah daftar). Tapi akhirnya dari suami juga (ketika kami sudah menikah). Keep writing, Mbak. :)
BalasHapusSama-sama penerima beasiswa suami foundation nih kita Mbak Fita :)
HapusTerimakasih, keep writing juga ya Mbak....
Ya ampuun, buru-buru nge-klik kirain emang ada BEASISWA UNTUK IBU RUMAH TANGGA tuh. Bunda juga masih pengen altuh kuliah lagi biar bisa jadi translator kayak mak Dina Begun tuh. Ternyata itu kisah kesuksesan Ririn ya. Selamet ya Ririn Handayani untuk pencapaian yang telah kau genggang. Maju terus, pantang mundur. Nice posting.
BalasHapusterimakasih Bunda, sukses selalu juga buat Bunda :)
HapusBtw, saya juga ingin seperti Mak Dina....:)
Waah.. kena tonjok deh aku. *BRB cari semangat yang hilang untuk ngerjain skripsi* :D
BalasHapusAyo Mbak, cepat selesaikan skripsinya :) Dunia yang pernah warna dan tantangan akan menantimu setelah ini :)
HapusDuh mau dong beasiswanya :)
BalasHapusini memang beasiswa yang paling mudah didapat IRT Mbak, yakni dengan minta sponsor pada suaminya masing-masing :) menulis, jika diseriusi juga akan sangat membantu. teman saya ada yang kuliah s3 dengan salah satu sumber dana utama dari menulis. Beliau memang jam terbang menulisnya sudah tinggi :)
HapusSemangat yang menyala walaupun kendala demikian besar
BalasHapusIya Mbak, InsyaAllah akan ada jalan bagi setiap kemauan yang sungguh-sungguh. Terimakasih sudah mampir Mbak Ina :)
HapusMbak, secara ga langsung ini jadi motivasi saya untuk lanjut pascasarjana. Jujur saya juga IRT dan belum punya tabungan untuk itu... Sementara cita-cita mau lanjut kuliah udah ada sejak sebelum lulus sarjana :p
BalasHapusBerharap dapat beasiswa juga dari suami foundation. Kalau terwujud, nama mba ririn bakal ku masukin dalam kata pengantar thesis.. Hiihiii... Aamiiin :)
Oh, iya, tetap semangat ya mbaaa.... Karena seorang ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya, ilmunya insyaAlloh ga akan pernah sia-sia. Makasih udah jadi motivasi saya :)
HapusSangat terharu.....:)
HapusIya Mbak, terimakasih sudah mengingatkan tentang peran utama kita sebagai ibu. Karena saya kuliah dengan beasiswa dari suami foundation, maka setelah lulus, prioritas utama saya adalah (lebih tulus dan lebih berkomitmen) mengabdi pada keluarga :)
Sukses selalu ya Mbak Nindya, semoga impiannya segera terwujud dengan segala kebaikan di dalamnya, aaamiiin.....
Saya juga 'suami foundation'.. Semoga berkah ya semua yg kita jalani buat diri sendiri dan keluarga..
BalasHapusAaamiiin...
HapusAlhamdulillah dapat teman senasib dan seperjuangan lagi...:)
Salam kenal dan sukses selalu ya Mbak...
Saya juga pengen bgt mbak :D
BalasHapussemoga dimudahkan untuk mewujudkan keinginan yang satu ini Mbak Rini.....:)
Hapusmbrebes mili baca tulisannya mbak,impianku juga bisa kuliah meski usia sdh makin tua,namun terhalang biaya dllnya. tapi senang wanita lain bisa mengejar impiannya..semoga sukses mbak
BalasHapusTerimakasih Mbak Enny, semoga Allah mendengar dan mengabulkan doa dan impian Mbak Enny juga, aamiiin....
HapusSelalu ada jalan untuk melangkah dalam mencari Ilmu, asal niatnya baik..
BalasHapusBenar sekali Ukhti :)
Hapussemangat ya mbak..^^
BalasHapusTerimakasih Mbak, semangat juga ya....:)
HapusSubhanalloh Mba, aku mpe nahan nafas dan akhirnya keluar mutiara indah di pipiku.
BalasHapusAku mau meraih impianku, jadilah sayap agar aku mampu terbang meraih impianku, so sweaaat abis,
Salam
Astin
Iya Mbak, saya sering mengatakan kalimat ini pada suami :)
HapusDalam praktiknya, suami seringkali tidak hanya berperan sebagai "sayap" bagi istrinya, kadang iapun menjelma busur yang melesatkan istrinya meraih bintang impian. Kadang iapun menjaga kita seperti layang-layang, tetap terjaga di bawah, sedang kita terbang tinggi ke angkasa. Saat langit biru, ia terus mengulur benang agar kita bisa meraih impian setinggi mungkin. Tapi saat cuaca berubah ekstrim, dengan sigap ia menarik benang agar kita tetap selamat.
Komentar yang ini semoga gak bikin Mbak Astin nangis lagi ya Mbak? :)
Tuhan itu Maha Pengabul ya. :)
BalasHapussemanggaaatt mak
Iya Mbak, InsyaAllah selalu percaya dengan keyakinan ini :) kalaupun kita tidak mendapatkan yang kita pinta, InsyaAllah kita mendapat ganti yang lebih baik :)
Hapuskeren mbak, tetep semangat ya :)
BalasHapusterimakasih Ibu, sukses selalu juga untuk Ibu Sri :)
Hapussubhanallah. di mana ada niat, di situ aja jalan ya, mak. justru ketika ga terlalu ngarep malah dapet. barakallah :')
BalasHapusIya Mbak Ila, berhusnudzon selalu pada Allah :)
Hapuswah mak..ini bener2 penyemangat..cz aku skrg lagi persiapan mau kuliah lagi..bismillah ya mak semoga dimudahkan.amin
BalasHapusAaamiiin :)
HapusMata saya langsung memicing mendengar "suami foundation", oalah ternyata. Tadinya mau langsung sms saja mau tanya dapat darimana beasiswanya. hehehe...semoga bisa menyusul mba Ririn
BalasHapusSemoga segera terwujud impiannya Mbak Ety :)
HapusAssalamu'alaikumww. Ammazing Mbak Ririn... ana juga IRT yang belum punya momongan... pengen menempuh S2 semenjak lulus S1, tp krena harus mnjdi tulang punggung keluarga krn anak pertama jdinya menunda keinginan itu dan masih tersimpan sampai sekarang.. setelah menikah malah g dapet support dari suami... pengeeen bangeet apa lagi dgn pndptn suami yg pas-pasan.. hanya berpegang dengn"DAHSYATNYA DOA" semoga Allah mengabulkan.. krna sosial adalah jiwaQ dan menuntut Ilmu adalah hidupQ.. smoga aQ ba sprti mbak... aamiin... sukses sll mbk makasi motivasinya
BalasHapusWaalaikumsalam Mbak Laily, dalam banyak hal kita punya banyak kesamaan Mbak, semoga Allah memudahkan azzam Mbak Laily, InsyaAllah keajaiban itu selalu ada Mbak :)
Hapusinspiratif mbak, saya jadi merasa ikut terpacu juga. terimakasih sudah berbagi. :-)
BalasHapusTerimakasih kembali :)
HapusSaya yakin kok dibalik kesibukan seorang ibu yang repot mengurus rumah dan anak pasti banyak kok yang mengimpikan bisa melanjutkan studynya hihihihi termasuk saya juga mba,kata kata agnez mo bisa jadi semangat saya yaitu "dream,believe and make it happen" :-)
BalasHapusIya Mbak, banyak teman yang sharing soal impian yang terpendam satu ini :)
HapusTerima kasih untuk sharing di blognya ya mbak. Saya pribadi yang senang untuk belajar walaupun sy ibu dr 1 batita cantik, dukungan full dari suamipun sudah sy dapatkan untuk melanjutkan s3. Tetapi saat ini sy agak sedikit bimbang mengenai status sy yg hanya IRT. Berbagai pertanyaan sering muncul dibenak sy "apakah pantas sy s3" Semoga sy segera bisa yakin dan mantap melanjutkan s3 nya. Maaf jd curhat mbak .. Hehe. Salam kenal mbak :-)
BalasHapusBneran mau nangis bacanya mbak.semoga saya bisa mengikuti jejak mbak :-)
BalasHapusSya sbg irt, sya kpngen sekali kuliah, sya bkrja dirmh skit sbg cs, tpi sya msih mau mlnjutkn kuliah akhrnya sya mndftar dikmpus akbid, dimna biayanya lumyan mhal. Sya kpngen dpat beasiswa jg biar bisa mbntu suami saya yg mbiayai sya, tpi gmna caranya yah
BalasHapus