![]() |
Foto dari sini |
Dalam keyakinan saya, cinta itu harus “dikatakan”. Tak perlu
dengan bahasa yang rumit. Apalagi, jika yang tercinta hanya bisa memahaminya
dengan penyampaian yang sederhana. Dalam keyakinan saya pula, bahasa cinta
harus menjadi sebuah rutinitas, namun tidak membosankan. Sama seperti matahari,
yang kehadirannya sering kali kita rindukan meski ia muncul setiap hari.
* * *
Saya menghampiri Naura yang tengah duduk sendiri di ruang
tengah sambil menonton film kartun di televisi. Dengan menekuk lutut di lantai,
saya menatap matanya dengan penuh cinta.
“Mama sangat sayang sama Dek Lola” kata saya dengan menyebut
nama panggilannya. Dia hanya tersipu.
“Mama bahagia punya anak seperti Dek Lola, karena Dek Lola anaknya
baik, sayang dan suka bantu Mama” dia masih tak berkata-kata namun senyumnya semakin
mengembang. Agar saya tidak bermonolog, saya pancing dia untuk
bersuara.
“Dek Lola sayang Mama?” Ia mengangguk cepat seraya berkata “Iya”.
Adegan selanjutnya bisa ditebak. Ia akan mendaratkan ciuman di pipi kanan dan
kiri saya.
Di lain hari, saat kami duduk bersebelahan di kursi tamu
sambil menatap terik matahari di luar, kembali saya mengungkapkan kata-kata
cinta saya padanya.
“Dek Lola itu ya, seperti matahari buat Mama. Dek Lola
membuat hari-hari Mama bersinar” kata saya dengan romantis. Seperti biasa,
Naura kembali tersipu. Suami yang kebetulan juga berada di ruang yang sama
turut tersipu. Aneh mungkin pikirnya, melihat saya mengungkapkan kata-kata cinta
pada anak yang masih berumur 4 tahun bak seseorang yang sedang kasmaran. Saya tidak mau ambil pusing memikirkan apa yang suami pikirkan, saya lanjutkan kembali puisi cinta saya belum selesai.
“Kalau Mbak Sasha itu seperti bulan dan bintang, membuat
malam-malam Mama menjadi indah” lanjut saya menyebut cinta saya yang lain. Lagi, Naura hanya tersipu. Entah dia mengerti atau tidak makna kata-kata saya secara
harfiah, namun saya percaya dia merasakan cinta saya. Dan benih cinta yang saya tanam
di sanubarinya itu, hampir sepanjang hari dalam hidupnya, sedikit demi sedikit mulai bersemi
indah. Naura, juga Sasha, terbiasa menggunakan bahasa penuh cinta.
“Mama, lihat! Aku punya banyak bunga untuk Mama” ya, inilah
yang hampir selalu dilakukan Naura setiap hari : memetik bunga untuk saya.
Kadang bunga Kamboja kuning di halaman samping, kadang bunga belimbing wuluh di
depan rumah. Bunga apapun yang bisa ia temukan meski berasal dari rumput liar
di pinggir jalan. Selalu ada bunga cinta untuk Mama setiap hari.
Tak terhitung juga berapa kali ia berkata “Aku sayang Mama”
dalam sehari. Berikut ciuman dan pelukan yang juga teramat sering ia berikan
sejak bangun tidur sampai tidur lagi.
Tumbuhlah besar dengan penuh cinta Anakku…..:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar