Menurut World Water Forum II di Den Haag pada Maret 2000, Indonesia diperkirakan menjadi salah satu
negara yang mengalami krisis air paling parah pada tahun 2025 nanti. Prediksi yang
sulit dipercaya karena saat ini kita
termasuk negara paling kaya air di dunia, yakni di peringkat kelima setelah
Brasil, Rusia, Cina dan Kanada. Meski demikian, kita tak bisa mengelak dan
menutup mata. Karena faktanya, indikasi bahwa krisis air akan menjadi masalah
serius bagi Indonesia, kian hari semakin nyata. Air
bersih yang semula mudah didapat, kini acapkali menjadi barang langka.
Ancaman krisis yang begitu hebat itu tentu tidak terjadi begitu
saja mengingat ketersediaan air di Indonesia mencapai
6 persen dari total sumber daya air di dunia. Pasti ada faktor penyebab yang sangat
luar biasa sehingga kandungan air bersih di negara kita merosot sedemikian
drastisnya. Salah satunya adalah karena pertambahan jumlah penduduk yang sangat
besar dalam beberapa waktu terakhir. Pertambahan penduduk berarti konsumsi air
semakin bertambah.
Faktor lain yang juga berkontribusi signifikan memicu krisis air adalah
kerusakan alam yang berlangsung terus menerus tanpa diimbangi dengan upaya
penghijauan yang memadai. Eksploitasi
sumber mata air secara besar-besaran untuk kepentingan komersil juga turut memicu
krisis air. Keadaan semakin diperparah oleh tingkat pencemaran lingkungan yang
diperkirakan sebesar 15–35 persen per kapita per tahun sehingga kualitas dan
kuantitas ketersediaan air bersih semakin kritis. Banyak masyarakat terpaksa mengonsumsi
air yang tidak layak minum. Sebagaimana diungkap oleh hasil penelitian United States
Agency for International Development (USAID) di berbagai kota di
Indonesia pada tahun 2007 lalu, hampir 100 persen sumber air minum kita
tercemar oleh bakteri E.Coli dan Coliform.
Selain karena sejumlah pemicu di atas, krisis air di Indonesia
juga terjadi karena ketidakmerataan sumber daya air. Sejumlah daerah yang
memang memiliki sumber daya air sedikit seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara, telah mengalami krisis air sejak lama. Terhitung sejak tahun 1995,
ketiga pulau ini telah mengalami defisit air selama 7 bulan pada musim kemarau.
Dengan berbagai persoalan yang kompleks ini, potensi air di Indonesia yang
layak dikelola pada tahun 2020 nanti diperkirakan hanya sekitar 35 persen atau
sekitar 400 meter kubik per kapita per tahun. Jauh di bawah standar
minimal dunia yakni 1.100 meter kubik per kapita per tahun.
Untuk mengatasi krisis air baik karena perubahan iklim, cuaca ekstrim, maupun karena
musim kemarau, pemerintah mengupayakan sejumlah langkah dengan alokasi dana
yang sangat besar, yakni sekitar 3 triliun rupiah setiap tahunnya. Sebagian
besar dari anggaran ini dipergunakan untuk pengeboran sumur atau sumber air
yang kering, pembuatan hujan buatan dan berupaya menemukan sumber air baru lalu
mendistribusikannya ke wilayah-wilayah yang mengalami krisis air parah. Cara
ini mungkin cukup efektif untuk mengatasi krisis air dengan cepat. Namun dalam jangka
panjang, kita tak akan terhindar dari krisis air yang sesungguhnya jika tidak
mungkin lagi menemukan sumber air baru atau memaksimalkan sumber air yang ada.
Karena itu, selagi masih ada waktu, kita harus mengupayakan cara dan upaya yang
tidak hanya berorientasi pada solusi sesaat namun juga berorientasi pada
kelestarian air di masa mendatang.
Daur Ulang Air sebagai Tren Atasi Krisis Air
Prediksi mengenai krisis air yang akan mengancam kehidupan umat
manusia tidak hanya dialami Indonesia. Diperkirakan, dua pertiga penduduk dunia
akan kekurangan air pada tahun 2050 nanti. Sejumlah indikasi bahkan mulai
terasa sejak lama. Diperkirakan 1 dari 4 orang di dunia kekurangan air minum,
sementara 1 dari 3 orang tidak mendapatkan sanitasi yang layak. Untuk mengantisipasi
potensi dan dampak krisis air yang semakin parah, sejumlah negara berupaya
mencari solusi alternatif selain solusi-solusi jangka pendek seperti mencari
sumber air baru. Salah satu cara yang cukup populer dan kian menjadi tren
terutama di negara-negara maju dan negara yang mengalami krisis air parah, adalah
daur ulang air.
Daur ulang atau recycle
telah lama dikenal di seluruh penjuru dunia sebagai bagian dari upaya
melestarikan sumber daya alam yang terbatas ataupun benda-benda yang berpotensi
merusak alam jika dibiarkan begitu saja. Selain recycle, dikenal pula istilah lain yang bertujuan sama yakni reduce (mengurangi) dan re-use (menggunakan kembali). Ketiga
istilah ini sering disebut dengan 3R. Mulanya, 3R ini populer digunakan untuk
barang-barang, benda-benda atau sumber daya alam yang sifatnya tidak bisa
diperbarui, atau jumlahnya sangat terbatas, atau jika dibiarkan begitu saja
akan menambah kerusakan lingkungan, seperti sampah plastik dan elektronik.
Namun dalam perkembangannya, 3R juga berlaku bagi air karena semakin kritisnya
ketersediaan air bersih di muka bumi.
Meski konsepnya terbilang sederhana, yakni mengolah dan
menggunakan air yang telah dipakai, daur ulang air diyakini sebagai salah satu
solusi alternatif paling baik di tengah kondisi semakin berkurangnya
ketersediaan air bersih saat ini. Dengan mendaur ulang air, kita tidak hanya
berhemat namun juga sekaligus mengoptimalkan penggunaan air sampai pada batas
maksimal. Air limbah hasil daur ulang dapat dimanfaatkan kembali untuk sejumlah
aktivitas yang tidak begitu memerlukan air berkualitas tinggi sehingga kualitas
dan ketersediaan air bersih untuk kebutuhan yang lebih pokok seperti minum,
menjadi lebih terjamin.
Semakin lama, semakin banyak negara menjadikan cara ini sebagai
gerakan nasional yang melibatkan seluruh stakeholder, mulai pemerintah, pihak
swasta dan seluruh masyarakat, untuk bersama-sama mengatasi krisis air di
negaranya. Singapura misalnya, limbah air daur ulang di negara tersebut
digunakan untuk keperluan industri. Sementara Israel memanfaatkan limbah air
daur ulang untuk sektor pertanian. Adapun Amerika Serikat yang telah memiliki
fasilitas reklamasi limbah air di mana pengolahan limbah air di sana telah
menggunakan teknik yang sangat lanjut sehingga hasilnya bisa dialirkan ke kolam
air tanah yang kemudian diekstraksi dan dikembalikan ke persediaan air keran.
Dengan begitu pemanfaatan limbah air daur ulang menjadi lebih optimal. Lalu,
bagaimana dengan Indonesia?
Optimalisasi
penggunaan air melalui sistem daur ulang sebenarnya bukan hal baru di
Indonesia. Riset mengenai pemanfaatan air daur ulang telah dilakukan oleh
Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2003 lalu melalui Unit Riset
Lembaga Pemberdayaan Umat (Salman
Institute for Community Development) dengan dukungan Kementerian Riset dan
Teknologi Republik Indonesia melalui sebuah program yang diberi nama SIPTekMan
(Sistem Insentif Teknologi dan Manajemen). SIPTekMan melakukan serangkaian
riset untuk mendapatkan teknologi alternatif yang murah untuk mendaur ulang air
bekas wudu sehingga layak untuk digunakan kembali (Kementerian PU, 2012).
Sejumlah instansi
pemerintah juga turut mengembangkan dan memraktikkan cara ini. Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat misalnya, yang
menetapkan tiga kantor dinas pemerintahan yaitu Dinas Tata Ruang dan
Permukiman, Dinas Pendidikan, dan Dinas Pendapatan Daerah untuk menjadi proyek
percontohan daur ulang limbah air domestik pada tahun 2008 lalu. Ketiga
instansi ini dipilih karena memiliki tingkat konsumsi air paling tinggi
dibanding instansi lainnya. Program yang menargetkan memanfaatkan sekitar 60
persen dari 80 persen limbah air bekas pakai ini diharapkan bisa menjadi proyek
percontohan sehingga program daur ulang air bisa menjadi gerakan yang lebih
masif di tanah air.
Inisiasi memanfaatkan daur ulang air juga dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) yang sejak
awal telah mendesain bangunannya untuk menggunakan air daur ulang. Air daur
ulang digunakan untuk sejumlah keperluan seperti penyiraman taman, make up water cooling tower dan
flushing yang didukung
dengan instalasi pengolahan limbah cair berkapasitas sebesar 150 m3/hari.
Digabungkan dengan penggunaan alat keluaran yang hemat air, gedung Kementerian
PU ini mampu mengurangi penggunaan airnya dari standar pemakaian air untuk
kantor 50 Liter/orang/hari menjadi 9 Liter/orang/hari. Sementara itu Pemerintah
DKI Jakarta sebagai salah satu pemerintah daerah yang mengalami krisis air bersih
paling parah, membentuk Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang menggunakan
berbagai macam sistem pengolahan (unit proses dan unit operasi) baik pengolahan
secara fisik maupun pengolahan secara biologis.
Selain lembaga pendidikan dan instansi pemerintah, gerakan daur
ulang air di Indonesia juga telah dipraktikkan oleh sektor swasta. Gedung perkantoran Sampoerna Strategic Square
misalnya, menggunakan air daur ulang yang bersumber dari air pembuangan kantor
dan komersil seperti janitor, wastafel, urinal, wudhu yang kemudian diolah dan dimanfaatkan
kembali. Cara ini mampu menutupi sekitar 20 persen dari total kebutuhan
air bersih gedung yang mencapai 20.818 m3. Air daur ulang di
antaranya digunakan untuk penyiraman taman dan make up water cooling tower.
Penggunaan
air daur ulang juga semakin banyak digunakan dalam skala yang lebih kecil
seperti rumah tangga. Krisis air yang terus meningkat dalam beberapa waktu
terakhir memaksa masyarakat bersikap lebih bijak dan cerdas dalam memanfaatkan
air, salah satunya melalui pemanfaatan air daur ulang. Sayangnya, meski daur
ulang air semakin memasyarakat di Indonesia, namun dalam praktiknya bisa
dibilang masih bersifat sporadis dan dianggap belum mendesak sehingga praktik
daur ulang air di Indonesia jauh tertinggal dari banyak negara lain yang sudah
mengembangkan teknologi sangat maju untuk mendaur ulang air mereka.
Daur Ulang Air sebagai Investasi Masa Depan
Daur ulang air memiliki banyak manfaat. Tak hanya sekedar menghemat
sehingga mengurangi konsumsi air dalam jumlah yang signifikan demi tersedianya air
bersih bagi kehidupan manusia di masa sekarang, mendaur ulang air juga berarti berbagi
sumber daya air untuk masa depan umat manusia. Karena jika semua dihabiskan sekarang,
apalagi yang nanti tersisa untuk anak cucu kita. Tanpa air, kehidupan manusia di
muka bumi akan berakhir.
Sayangnya, meski metode ini sangat mendesak untuk segera direalisasikan
dan telah menjadi tren di banyak negara, daur ulang air di Indonesia belum
menjadi gerakan yang masif. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi. Beberapa
di antaranya adalah sebagai berikut :
Pertama, dari
sisi budaya, sebagian besar masyarakat Indonesia sangat dimanjakan oleh alam
dalam hal ketersediaan sumber daya air. Hanya dengan menggali tanah menjadi
sumur, maka alam akan segera mengucurkan air segarnya dalam jumlah yang
melimpah. Pun ketika masyarakat harus membayar baik kepada pemerintah maupun
pihak swasta yang mengelola pendistribusian air untuk masyarakat, biayanya
terbilang murah. Kemudahan-kemudahan ini membuat mentalitas masyarakat
Indonesia cenderung boros pada air dan tidak terlalu memikirkan bahwa dalam
jangka panjang sumber air akan habis dan kualitasnya akan terus menurun jika
terus dieksploitasi. Banyak masyarakat di kota-kota besar yang mulai merasakan
hal ini.
Kedua, dari
sisi ekonomi, mendaur ulang air dianggap lebih high cost dibandingkan tarif air yang sangat murah. Ini terjadi
salah satunya karena dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi yang belum optimal
sehingga praktik daur ulang air memerlukan sarana dan prasarana yang cukup
mahal harganya. Sehingga, hanya beberapa pihak saja yang melakukan cara ini
sebagai bentuk investasi masa depan.
Ketiga,
dari segi hukum, belum ada aturan tegas dari pemerintah yang mengharuskan
pihak-pihak terkait terutama sektor yang boros dan memerlukan banyak air dalam
kegiatan operasionalnya untuk mendaur ulang air mereka. Pemerintah juga tidak
memberi insentif seperti pengurangan pajak bagi pihak-pihak yang berinisiatif
melakukan daur ulang di lingkungan domestiknya. Tanpa reward dan punishment,
berbagai pihak terutama dari kalangan swasta tentu akan lebih memilih pilihan yang
lebih murah dan mudah dibandingkan harus bersusah payah dan mengeluarkan biaya
yang banyak.
Langkah-langkah Akselerasi
Menjadikan daur ulang air sebagai
gerakan nasional kini menjadi kebutuhan yang sangat mendesak mengingat krisis
air di Indonesia tak lagi bisa dianggap remeh. Kian hari, ketersediaan air
bersih semakin kritis. Kondisi ini tidak hanya merugikan secara ekonomi. Jika
dibiarkan terus berlanjut, krisis air juga akan berdampak luas pada aspek lain,
seperti kesehatan masyarakat, kualitas hidup masyarakat, dan pada akhirnya juga
akan berpengaruh pada daya saing masyarakat dan bangsa di kancah global. Karena
pemenuhan kebutuhan air, sanitasi dan energi kini menjadi indikator utama
pengukuran kesejahteraan suatu bangsa. Sebelum krisis benar-benar terjadi, kita
harus mengantisipasinya melalui sejumlah langkah konkrit.
Terdapat sejumlah langkah
akselerasi yang dapat dilakukan. Pertama,
sudah saatnya pemerintah mengeluarkan kebijakan dan aturan yang tegas mengenai larangan
eksploitasi alam yang bisa merusak kelestarian alam khususnya air, seperti
menertibkan usaha pertambangan dan perusahaan di sektor lain yang beroperasi di
wilayah yang menjadi daerah resapan air. Sudah saatnya pula bagi pemerintah
untuk memasukkan kewajiban mendaur ulang air di lingkungan kerja sebagai syarat
mendirikan usaha bagi sektor swasta. Berbagai aturan ini perlu disempurnakan
dengan insentif pajak agar semua pihak semakin termotivasi dan terkurangi
bebannya untuk memraktikkan daur ulang air di lingkungan kerja.
Kedua, untuk membangun budaya hemat dan mau mendaur ulang air dalam
kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi muda yang nantinya akan
menghadapi ancaman krisis air lebih besar, nilai-nilai ini perlu
diinternalisasi sejak dini melalui lembaga pendidikan, bahan bacaan, tontonan
maupun iklan masyarakat yang mudah diakses oleh masyarakat. Kesadaran dan
pengetahuan tentang mendaur ulang air seharusnya menjadi salah satu warisan
penting kita bagi generasi mendatang agar mereka lebih siap dan bisa survive menghadapi krisis air yang lebih
kompleks di masanya nanti. Agar proses internalisasi ini lebih optimal, pemerintah
harus menjadikan jajarannya di berbagai sektor dan level sebagai role model atau panutan bagi masyarakat
luas. Dan agar masyarakat semakin termotivasi, insentif pajak seharusnya juga
bisa diberikan bagi masyarakat atau komunitas yang mengembangkan konsep daur
ulang air maupun metode lain yang efektif dan menginspirasi masyarakat luas
untuk lebih hemat, bijak dan cerdas dalam memanfaatkan air.
Ketiga, mendorong terciptanya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang murah dan mudah diaplikasi masyarakat untuk
mendaur ulang air dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui, salah
satu penghambat utama belum masifnya gerakan mendaur ulang air di Indonesia
karena masih mahalnya perangkat yang dibutuhkan. Jika perangkat, sarana dan
prasarana daur ulang air bisa didapat dengan murah dan mudah, tentu perubahan
mentalitas masyarakat dan dunia usaha akan lebih cepat. Agar kontribusi ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin optimal, kita harus membuka diri untuk
menerima penemuan-penemuan baru tidak hanya dari dunia pendidikan, namun juga
dari kalangan masyarakat maupun kebudayaan-kebudayaan lokal di Indonesia yang
beberapa di antaranya terbukti sangat ramah terhadap alam termasuk air. Menggabungkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan kearifan lokal bisa mengakselerasi terciptanya
teknologi yang murah dan mudah diaplikasi oleh masyarakat.
Jika semua pihak bersinergi, semua
potensi dioptimalkan, daur ulang air sebagai gerakan nasional tentu akan lebih
cepat terwujud. Manfaatnya akan kita rasakan tidak hanya sekarang, namun juga
di masa anak cucu kita kelak. Dengan mendaur ulang air, kita telah mendaur
ulang kehidupan.
artikel bagus...sangat inspiratif...
BalasHapusTerimakasih :)
HapusRECYCLE & REUSE WASTE WATER
BalasHapusMENDAUR ULANG & MENGGUNAKAN KEMBALI AIR LIMBAH
Air Bersih adalah salah satu sumber daya alam yang paling berharga di dunia, namun keberadaannya terancam punah akibat perubahan Iklim Global yang berdampak kepada naiknya permukaaan Air Laut disertai dengan Musim Kering berkepanjangan; Laju Pertumbuhan Penduduk tanpa diiringi Perencanaan Pengembangan Kota yang baik telah mengubah fungsi Sungai, dari Aliran Air Bersih Pegunungan ke Perkotaan menjadi tempat Pembuangan Limbah dan Sampah masyarakat Kota.
Pakar Air Dunia menyadari proses “Krisis Air Bersih Global” yang sedang terjadi, serta merta berupaya menanggulanginya. Salah satu upaya yang menjanjikan adalah “Mendaur Ulang Air Limbah” dengan harapan mampu mengurangi ketergantungan Pengguna Air Bersih kepada Air Tanah dan Air Permukaan, khususnya Pengguna Air Bersih di Sarana Umum seperti : Perhotelan, Apartemen, Perkantoran, Rumah Sakit, Industri, Instalasi Pengolahan Air, Rekreasi & Sarana umum lainnya.
Teknologi Ultrafiltrasi diciptakan berkemampuan membuang partikel koloid & kontaminan terlarut pada tekanan hidrostatik ‘rendah’ yang berdampak kepada biaya proses yang ‘murah’, sehingga disebut Advanced Technology. Ukuran pori membran UF sangat menentukan jenis & ukuran kontaminan yang terbuang, namun secara umum, pori membran berukuran 0,01 ~ 0,10 mikron.
Deerfos membran Skid (DmS) adalah Disain Standar Skid UF Membran, yang terdiri dari Deerfos UF Membran, Aksesoris & Pemipaan; DmS menyatukan Injiniring, Perakitan dan Instalasi membuat: Biaya Investasi lebih murah; Perakitan & Instalasi lebih mudah; Penggunaan Ruang lebih efisien serta Waktu Pelaksanaan lebih singkat. DmS di disain dalam berbagai kapasitas produksi sehingga memungkinkan Pengguna merancang Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) secara bertahap, disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Standar Kualitas Hasil Produksi DmS sesuai dengan standar teknologi yang dipakai yaitu Teknologi Ultrafiltrasi yang dikenal dengan Bebas Bakteri, Bebas Virus, Bebas Warna serta Bebas Bau yang tidak sedap. Brosur dapat kami kirimkan melalui email, dengan membawa harapan, semoga mampu meringankan beban kerja Ibu / Bapak didalam mengelola Instalasi Pengolahan Air (IPA).
Deerfos Marketing Division
email : deerfosindonesia@yahoo.co.id
BB PIN : 310D24D1
SMS : 021-89665255.
artikel bagus, mohon izin saya mau copy.......... semoga bermanfaat. terima kasih
BalasHapusmengenai air ini, setiap tahun murid-muridku selalu aku putarkan slide "letter from year 2070" sebuah slide yang sangat menyentuh ttg prediksi keadaan dunia kita di tahun 2070. Silahkan digoogling :)
BalasHapustrimss..... sngt bermanfaat www.vorilfrens.blogspot.com
BalasHapusBagus gan.. 😂
BalasHapus